Kelas Menulis Sabusabu
Hamari Adhuri Kahani 2
Kau mendekat
Namun jarak di antara kita tak jua berkurang
Bumi tak harus berjumpa dengan langit
Cinta sejati adalah yang tak mencapai tujuannya
Di atas pasir waktu
Kau tulis sesuatu seperti namaku lalu pergi
Di manakah dirimu
Kisah kita belum tuntas
Cinta pada yang tak mencintai
Berharap pada yang tak pasti
Peduli pada yang tak peduli
Bagaimana mungkin kita saling jatuh cinta
Hamari Adhuri Kahani
Kisah kita belum tuntas
Sudah tiga tahun berlalu. Susah payah kuhapus ingatan tentangmu. Wajah tampan berbatik biru, berkumis tipis dan berkacamata itu masih sering hadir di kala sendiri. Menghadirkan getar rindu. Rindu yang tak seharusnya hadir untukku. Sesekali…ya sesekali saja siluet tentangmu hadir menambah resahku.
Sejak pertemuan terakhir di kampus Biru Universitas Bengkulu tiga tahun yang lalu, kau tak lagi menyapaku. Awalnya karena nomormu aku blokir. Aku tidak mau ada ikatan hati denganmu. Menyimpan nomormu akan merusak kedamaian yang sedang aku bangun. Lebih tepatnya aku sedang marah dengan diri sendiri. Memblokir nomormu adalah salah satu cara melampiaskan rasa marah itu.
Mengapa harus marah? Karena asa yang tak berbalas selayaknya atau karena keegoisan semata? Entahlah…yang jelas aku terlalu naïf untuk mengakui bahwa aku mulai jatuh cinta padamu. Cinta yang tak utuh, sebab kisah kita tak pernah sampai pada tahap itu.
“Numm…kok melamun?” tiba-tiba Mas Slamet sudah berada di depanku. Dia kakak kesayanganku, idolaku.
“Ehh Mas….kapan datang?” tanyaku gelagapan, malu kelihatan sedang melamun. Padahal saat itu novel Hamari Adhuri Kahani sedang berada dipangkuanku. Membaca kisah dalam novel itu jua yang mengingatkanku kembali tentangmu, lelaki berbatik biru, berkumis tipis dan berkacamata minus.
“Sejak sejam lalu, nengok Mama. Kamu lagi apa? Bukannya nemani Mama, malah melamun di sini. Kemarin kucing tetangga Mas mati tu gara-gara melamun. Hehhehe…” Kakakku itu tertawa dengan leluconnya sendiri. Akupun tersenyum meringis.
Apakah ingatanku tentangmu tidak bisa hilang? Hingga dengan membaca novel yang karakternya mirip denganmu saja aku harus terdiam? Dimanakah kamu? Aku ingin bertemu.
“Baca apa tu? Novel cengeng ya? Ehh…pantesan melamun, bacaannya nggak bermutu” Mas Slamet menjulurkan tangan kanannya dan meraih novel yang sedang kubaca. Dia mengamati dan membaca sinopsis pada halaman belakang buku.
“Hmm….Umi Yesi, kayaknya nama ini tidak asing. Hanum kenal dengan penulisnya?”
“Ya kenallah Mas…semua orang kenal dengan nama itu. Itu lo yang ngurusi anak putus sekolah di PKBM Az Zahra Kepahiang. Dia kan sering juga ngisi seminar di kampus Mas”
“Ohh…Umi yang itu. Iya Mas juga kagum dengan perjuangannya memberantas buta aksara dan mengerakkan anak putus sekolah agar kembali bersekolah. Kamu harus banyak belajar darinya. Pakai jurus ATM”
“ATM? Apa itu Mas?
“Amati Tiru dan Modifikasi. Gitu aja nggak ngerti. Huu…” Mas Slamet mendekatkan novel itu berusaha memukulku. Aku menghindar dan terkekeh dengan tingkahnya.
“Iya..ya…nanti aku ATM-an sama Umi Yesi. Mas sudah ketemu Mama?” aku mengalihkan topik pembicaraan. Berharap bayangmu juga segera sirna dari ingatanku.
“Sudah…katanya perut sebelah kanan terasa nyeri. Adek yang nemani Mama cek lab kemarin. Apa kata dokter?” Mas Slamet duduk di sofa tak jauh dari tempatku santai membaca novel sembari mengenangmu tadi. Dia mulai serius, kalau urusan Mama dia akan sangat serius. Sebab dia adalah Kakak laki-laki tertua di rumah ini.
“Nggak ada yang serius, hasil rontgen dan USG semua organ Mama dalam kondisi baik dan sehat. Tapi keluhan sakitnya belum berkurang. Hanum juga nggak tahu Mas”
“Kok bisa? Kalau semuanya baik-baik saja, mengapa Mama masih meringis kesakitan? Apa Mama kena usus buntu? Salah makan? Atau Mama pernah terjatuh sebelumnya?” Kakakku itu seperti detektif saja. Wawancaranya detail.
“Hanum nggak tahu Mas. Coba Mas ajak Mama ngobrol, barangkali ada ganjalan lain dihati Mama yang belum terungkap hingga sakitnya tidak mereda.” Aku merubah posisi duduk dengan melonjorkan kaki diatas sofa. Posisi santai sembari meraih kembali novel yang belum usai dibaca tadi. Kisahnya menarik, dan tentu saja karena tokoh dalam cerita itu mirip denganmu, lelaki berbaju biru berkumis tipis dan berkacamata.
Mas Slamet bangkit berdiri dan meninggalkanku, kembali menuju kamar Mama. Aku berusaha fokus kembali membaca kisah Hamari Adhuri Kahani, Kisah Kita Yang Belum Tuntas. Akankah kisah kita sama seperti judul buku ini? Aku hapus nomormu yang pernah terblokir. Dengan demikian kau bisa menghubungiku tanpa blokir-an. Ahh…andai saja.
Bersambung…
Kelas Sabusabu V: Kecil Kecil Punya Karya
Zahra Publishing. Guna mengisi liburan sekolah, Minggu, 27/12/2020 TBM Cahaya PKBM Az zahra Kepahiang mengelar kelas menulis sabusabu V dengan tajuk KECIL KECIL PUNYA KARYA. Kegiatan ini bertempat di rumah Kak Dyah Kelurahan Pasar Ujung dan diikuti oleh pelajar di Kepahiang dan Lebong sebanyak 15 orang yaitu:
No | Nama Peserta | Asal Sekolah | Kelas |
1 | Alifa Eshal Sausan | SDIT cahaya Rabbani | II |
2 | Rifda Maharani | SDN 02 Kepahiang | III |
3 | Mutiara Zahira | SDIT Cahaya Rabbani | IV |
4 | M.Patrialis Akbar | MI Darusalam | IV |
5 | Naura Zalfa Rina | SDIT Cahaya Rabbani | IV |
6 | Aurora Charolina | SDN 01 Tebat Karai | V |
7 | Shafira Ayu Chesa | SDN 04 Kepahiang | VI |
8 | Nurul Ayu Azizah | SMP IT Al-Kahfi Lebong | VII |
9 | Berlin Dirgantara | MTSN 01 Kepahiang | VIII |
10 | Fauziah Luthfiyyah | Rabbani Boarding School | IX |
11 | Selvi Novita Sari | SMAN 1 Kepahiang | X |
12 | Nabila Septyani | SMAN 1 Kepahiang | X |
13 | Dinta Melinda | MAN 2 Kepahiang | XI |
14 | Maulida Khairani | SMKN 3 Rejang Lebong | XI |
15 | Iis Saropa | SMKN 4 Kepahiang | XII |
Umi Yesi, penulis yang menjadi narasumber kelas menulis menyampaikan rasa takjub dan bangga melihat kemauan dan tekad yang kuat dari calon penulis muda yang ikut kelas hari ini. Sabusabu angkatan V ini diperuntukkan khusus bagi pelajar yang memanfaatkan libur sekolah dengan karya.
Terakhir, Umi memberikan PR, setiap peserta akan menulis karya dengan Tema Curhatku, Sekolah di Masa Pandemi. Kita tunggu hasil karya mereka ya…
Launching Buku Literasi Ayam Sambal Setan dan Kesapo Air Pancuran
Zahra Publishing. Hasil kelas menulis sabusabu angkatan IV menelorkan dua karya berjudul Literasi Ayam Sambal Setan dan Kesapo Air Pancuran. Buku tersebut telah diterbitkan dan dilaunching hari ini, Minggu, 27 Desember 2020.
Launching buku dilaksanakan oleh TBM Cahaya dan Rumah Kreatif BUMN sebagai sponsor cetak buku. Hadir Agung Yudha Prawira, Direktur Pengelola Rumah PLN Jambi dan Kepahiang. Beliau memberi apresiasi pada penulis muda yang ada di Kepahiang.
“Sebenarnya Rumah BUMN berfungsi sebagai pembina UMKM. Namun kami juga mensuport kegiatan literasi seperti ini. Kami menganggap penting para penulis dalam promosi produk-produk UMKM di Kepahiang. Untuk itu kami akan merekrut peserta terbaik hasil kelas menulis ini sebagai tim di rumah kreatif BUMN. Kami akan membayar setiap hasil tulisan mereka terutama dalam hal pengenalan produk dan promosinya”
Ucapan dan janji Pak Agung ini mendapat aplause yang meriah dari peserta yang hadir. Mereka menjadi bersemangat dan antusias dengan adanya harapan penghasilan dari rumah BUMN.
Launching buku itupun berjalan dengan meriah di warung Miso Mas Pon, Kelurahan Pasar Ujung Kepahiang. Tak lupa seluruh penulis mendapat buku hasil karya antologi, dan Kms Fahrudin memberikan buku kepada Pak Agung sebagai bahan bacaan di rumah kreatif BUMN.
Penulis antologi buku Literasi Sambal Ayam Setan adalah Ritchie Ananta Liesfiani; Ariansi; Dwi D Pratiwi; Ratna Ningsih; Elvi Darlena; Nurhayati; dan Danang Seto Wicaksono.
Penulis antologi buku Kesapo Air Pancuran adalah Delia Valentiana Fahrudin; Maulida Khairani; Wika Hartati; Ki Rohana Tuslainy; Titin Sumarni; Octatri Widia Hastuti; Kak Dyah; Hezi Jeniati; Iteng Rasja dan Ulfa Deslia.