"PKBM AZ- ZAHRA""MEMBANGUN PERADABAN YANG BERMARTABAT" "MARI KITA TUNTASKAN WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN""TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK BELAJAR"

Antara Az zahra dengan Desi, Tarmizi dan Rosmala

BELUM TERLAMBAT UNTUK KEMBALI (LAGI) !!!

Namanya Desi, masih muda dan cantik.

Dia datang bersama putri kecilnya yang berumur 2,5 tahun ke PKBM Az Zahra Kepahiang untuk mendaftar sebagai peserta didik program paket A (setara SD). Saat ku tanya mengapa mengambil paket A, apakah tidak sekolah SD sebelumnya?. Jawabnya dia putus sekolah di SD kelas V. kini mau ambil ijazah paket A karena ada yang menawari bantu-bantu di PAUD. Mereka butuh ijazah, paling tidak tamat SD sebagai bukti dia tidak buta huruf.

Setiap tahun PKBM kami menerima siswa-siswi putus sekolah atau droup out untuk dapat mengikuti program kesetaraan yakni Paket A untuk yang belum tamat SD, paket B untuk yang belum tamat SMP dan paket C untuk yang belum menyelesaikan pendidikan SMA nya. Jika usia mereka masih usia sekolah maka setelah tamat paket A dan paket B mereka dapat melanjutkan ke sekolah formal yakni ke SMP dan SMA. Dan lulusan paket C dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas.

Program ini banyak diminati masyarakat terutama masyarakat ekonomi ke bawah dan anak-anak bermasalah lainnya. Permasalahan mereka tidak bersekolah atau putus sekolah antara lain karena faktor biaya sekolah yang mahal, tidak naik kelas, dikeluarkan dari sekolah karena nakal, menikah sebelum waktunya karena pergaulan bebas dan faktor kemalasan atau tidak adanya motivasi belajar di rumah.

Sudah hampir 15 tahun kami bergelut dalam dunia pendidikan nonformal ini, suka dan duka selaku guru ataupun pendamping membuatku kenyang dengan pengalaman. Awalnya sangat sulit mengarahkan mereka untuk aktip mengikuti pertemuan yang kami adakan. Mereka cenderung hanya ingin mendapatkan ijazahnya saja, tanpa mau terlibat dalam proses pembinaan. Padahal inti dari pendidikan non formal tersebut adalah merubah prilaku dan pola pikir mereka agar dapat menjadi “manusia seutuhnya” dan dapat melanjutkan pendidikannya seperti masyarakat yang berpendidikan lainnya.

Penyesalan selalu datang diakhir kisah…itulah yang dialami desi, salah satu siswa paket A di atas. Wanita muda ini korban rayuan laki-laki yang “disangkanya” akan merubah nasibnya menjadi lebih baik. Dia rela meninggalkan suami pertamanya yang hanya pedagang sayur keliling, tak tahan dengan beban hutang dan kemiskinan bersamanya. Diapun memilih menikah lagi dan menjadi isteri kedua dari laki-laki yang “disangkanya” lebih baik dan akan membuat hidupnya sejahtera. Persangkaan tersebut hanyalah semu, kenyataannya dia hanya isteri yang didatangi jika diingini dan ditinggal pergi jika hasrat telah tertunaikan. Bukan kesenangan yang didapat, melainkan penderitaan lahir dan bathin. Dia lebih miskin dari sebelumnya.

Desi datang ke az zahra, untuk merubah nasib. Dia ingin sekolah lagi dan mengambil ijazah paket A. Dia ingin bekerja untuk menghidupi diri dan putri kecilnya karena sang suami sudah jarang menemui. Ini kisahnya desi.

Lain halnya dengan kisah pak Tarmizi, dia ngotot ikut belajar dan mengambil ijazah persamaan SD yakni paket A karena merasa bersalah. Laki-laki ini sudah tidak bisa dikatakan muda lagi, umurnya sudah kepala 6. Dia datang ke az zahra untuk mendaftar ikut paket A. seperti halnya desi, aku bertanya pertanyaan serupa, apakah dia tidak sekolah di SD dahulunya. Dan jawabnya, dia dulu anak yang bandel sehingga di keluarkan di sekolah saat di kelas 3 SD. Lalu mengapa baru sekarang ada kesadaran ingin sekolah. Maka berceritalah dia bahwa Ramadhan tahun lalu dia pulang ke Jawa untuk menghadiri pesta pernikahan anak saudaranya. Di sana dia ditawari oleh seorang pengusaha muda untuk menjadi sopir pribadi dengan gaji yang lumayan besar untuk seukuran dia. Dia sangat tertarik dan berminat mengajukan diri menjadi sopir tersebut karena dia sudah letih menjadi petani. Dia selalu merasa kekurangan terutama masa paceklik datang. Jikapun musim panen tiba, maka hasilnya hanya cukup untuk membayar hutang di musim sebelumnya. Nah, dia punya keahlian menyopir, maka tawaran tersebut begitu mengiurkan.

Namun…apa hendak di kata, saat dia datang mengajukan diri. Sang pengusaha muda menanyakan tingkat pendidikannya. Dengan polos dia berkata jujur kalo dia hanya sekolah sampai kelas 3 SD. Rupanya hal tersebut penyebab dia gagal diterima jadi sopir, karena menurut sang pengusaha dia harus punya ijazah, minimal SD. Kalo Cuma kelas 3 apa bisa membaca dan ngerti rambu-rambu lalu lintas, alasannya. Nah…kata-kata pengusaha dan gagalnya dia menjadi sopir lantaran tidak mempunyai ijazah tersebut memotivasinya untuk sekolah. Meski usia tak lagi muda, dia ingin menebus kesalahannya di masa kanak-kanak dulu. Masa kanak-kanak yang liar dan tak berpendidikan.

Kisah lainnya dialami oleh ibu Rosmala, dia ikut mendaftar menjadi siswa paket A karena tidak bisa memenuhi persyaratan data base honorer di Dinas Kebersihan tempat dia bekerja selama ini. Baru-baru ini ada pengangkatan honorer menjadi CPNS bagi yang sudah mengabdi minimal 5 tahun. Ibu rosmala telah honor menjadi tukang sapu jalan selama 9 tahun. Dan karena tidak ada ijazah sama sekali maka harapan menjadi CPNS pun sirna. Dia rajin datang dan mengikuti pembinaan setiap sabtu dan minggu di yayasanku. Dan dari kisahnya banyak teman-teman tukang sapu jalanan lainnya ikut serta belajar bersamanya.

Nah…kisah desi yang menyesal karena salah pilih suami, kisah pak tarmizi yang menyesal di tolak menjadi sopir lantaran tak menyelesaikan sekolah dan kisah bu rosmala yang gagal menjadi CPNS menjadi motivasi bagi siswa-siswa didikku yang lain. Mereka tak sungkan membuka cerita kelam tersebut agar tak terjadi pada orang lain. Saya dan segenap dewan guru memberi apresiasi dan terus menumbuhkan harapan baru kepada mereka. Tak putus-putus lisan kami berucap, tak ada kata terlambat untuk merubah nasib menjadi lebih baik. Tak ada manusia yang terlahir biasa-biasa saja. Namun….yang ada adalah manusia yang gagal menjadikan dirinya luar biasa.

Saat ini desi telah keluar dari derita bathinnya dengan memilih hidup menyendiri dan mulai dengan bisnis kecil-kecilan berupa warung kelontong di depan kostnya, bapak Tarmizi terpilih menjadi Imam masjid dan mendapat honor sebagai tenaga Penyuluh Agama dari Kemenag, dan ibu Rosmala yang tak beruntung jadi CPNS namun gajinya naik berkat adanya ijazah paket A. Nah…untuk desi, tarmizi dan rosmala yang lain….masih ada waktu…belum terlambat…untuk menjadi pribadi lain yang membanggakan.

Note: Ini kisah nyata peserta didik Paket A PKBM az zahra Kepahiang tahun pelajaran 2012/2013.

Info selengkapnya kunjungi kami di Jl. Pengabdian RT.2 RW.1 Kelurahan Padang Lekat. Kecamatan Kepahiang. Kabupaten Kepahiang. Provinsi Bengkulu

email: azzahra_kph@yahoo.co.id / helmiyesi32@gmail.com

YUK SEKOLAH DI AZ ZAHRA
KEMENSOS HADIR
MARS KESETARAAN PKBM AZ ZAHRA
Kegiatan PKW Batik Diwo Kepahiang