Nek Ros, Alumni Paket A Beruntung Bisa Berhitung
Azzahra, 27/7/2018. Dalam perjalanan menuju az Zahra, saya berpapasan dengan nenek Ros yang berjalan membawa ember hitam dan alat timbangan kecil.
“Apa yang dibawa nek?” sapaku sambil menurunkan kaca spion dan menghentikan mobil sejenak.
“oh ..umi, ini lagi jualan ikan mii. Tadi aku sudah ke az Zahra nyari umi, siapa tau mau beli. Jawabnya gembira sambil memperlihatkan beberapa ekor ikan nila dan ikan lele di dalam ember hitamnya. Nenek Ros (55 tahun) adalah alumni Program Pendidikan Kesetaraan Paket A setara SD tahun 2014 di PKBM Az Zahra Kepahiang. Hari ini datang menawarkan ikan nila dan ikan lele yang hanya beberapa ekor. Setelah ikan di timbang beratnya tidak sampai 1 kg.
Awal mula mendaftar paket A karena nenek Ros menjadi tukang sapu jalan dari Dinas Kebersihan Kabupaten Kepahiang. Saat itu dia hanya di bayar sebesar lima ratus ribu sebulan, karena tidak punya ijazah maka dia mendaftar paket A agar mempunyai ijazah untuk melanjutkan kontrak kerjanya. Alhamdulillah dengan adanya ijazah saya bisa kontrak dan gaji naik terus setiap tahunnya hingga mencapai Rp.1.200.000,-. Sebenarnya nenek Ros sudah tamat sekolah dasar (SD) namun ijazahnya tidak di ambil karena orang tuanya meninggal dan dia merantau ikut keluarga di Kepahiang.
Saat mengikuti tatap muka nenek Ros juga sangat bersemangat. Dia siswa yang cukup cerdas. Dan mampu mengimbangi peserta didik yang usianya relatif muda. Nenek Ros tidak canggung dan sangat menikmati pembelajaran tatap mukanya.
Hari ini, nenek Ros datang menjual ikan ke az Zahra karena kontrak sebagai penyapu jalan tidak di perpanjang lagi. Dia tidak tahu apa penyebab dia dan puluhan temannya di putus kontrak kerja tersebut. Padahal nenek sudah mengabdi sejak 1 Januari 2008 (10 tahun). Tuntutan ekonomi dan sulitnya mencari kerja membuatnya terpaksa berjualan seadanya. Sang suamipun yang dahulunya menjadi sopir pembuang sampah kini terpaksa turun jabatan menjadi tukang sapu jalanan juga. Hal ini dikarenakan suaminya menderita diabetes alias kencing manis. Merekapun hidup menumpang di mess dinas kebersihan. Jika sewaktu waktu mereka harus meninggalkan mess maka entah harus tinggal di mana. Nenek Ros juga tidak mempunyai anak dari hasil pernikahannya. Mereka hanya tinggal berdua di rumah kecil ukuran 3 x 4 yang di kelilingi oleh mobil pengangkut sampah dari Dinas Kebersihan Kabupaten Kepahiang.
Dari segi umur nenek Ros masih di kategorikan pralansia, masih produktif dan masa pengabdian nenek Ros sebagai petugas sapu jalanan yang sudah puluhan tahun hendaknya menjadi pertimbangan dalam pemutusan masa kerja.
Sebelum pergi meninggalkan az Zahra, umi bertanya “nek…apa beda sebelum dan sesudah ikut paket A?”
“ado bedanya mii…aku kini la pintar berhitung. Sehingga berani untuk jualan. Meski untungnya hanya sepuluh ribu sehari. Saya sudah sangat bersyukur mii. Ikan ini punya orang…saya cuma menjual…nanti setoran. Karena sudah pintar menghitung maka saya tidak salah kalo setoran.” Ujarnya sumringah menampakkan gigi yang sudah mulai ompong termakan usia. Nek Ros merasa beruntung bisa berhitung setelah menjadi alumni paket A.
Tinggalkan Balasan