Pengurangan Pekerja Anak
Hari ini aku ingin menulis,
Menceritakan aktifitas kami sebagai lembaga sosial yang bergerak dalam pendidikan non formal. Mungkin istilah ini sudah sering di dengar, namun tak semua memahami apa itu pendidikan non formal yang identik dengan sekolah paket yaitu sekolah yang ditujukan bagi warga masyarakat yang karena keterbatasan sosial, ekonomi, waktu, kesempatan dan geografi tidak dapat mengikuti pendidikan di sekolah formal.
Selama hampir 15 tahun, kami fokus membina dan mendampingi anak-anak putus sekolah yang kebanyakan disebabkan oleh faktor ekonomi. Mereka tidak sekolah atau DO karena bekerja membantu orang tua bekerja, ada yang ikut bertani dan berkebun, menjadi penjaga warnet atau penjaga toko di pasar, ada juga yang jadi kuli di pasar pagi, serta banyak juga yang menjadi pengasuh dan pembantu rumah tangga. Anak-anak tersebut dominan berasal dari keluarga miskin yang mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kementerian Sosial.
Jumlah peserta didik tahun pelajaran 2017/2018 terinci sebagai berikut:
No | Program | Kelas | Jumlah Pesdik |
1 | Paket A setara SD | V | 13 |
2 | Paket A setara SD | VI | 21 |
3 | Paket B setara SMP | VII | 14 |
5 | Paket B setara SMP | VIII | 28 |
6 | Paket B setara SMP | IX | 40 |
7 | Paket C setara SMA | X | 10 |
8 | Paket C setara SMA | XI | 22 |
9 | Paket C setara SMA | XII | 80 |
TOTAL PESERTA DIDIK | 228 |
Dari total 228 peserta didik di atas, sebanyak 70% adalah pekerja anak yang berusia 12 hingga 18 tahun dan aktif mengikuti kegiatan Kejar Paket A (SD), Paket B (SMP) dan Paket C (SMA) di PKBM Az zahra Kepahiang. Semua anak tersebut mempunyai masalah yang berbeda-beda sehingga perlu strategi pendampingan yang baik agar mereka dapat keluar dari masalahnya dan menyelesaikan kegiatan sampai selesai.
Karena anak-anak tersebut bekerja membantu orang tua maka pendampingan melalui kegiatan tatap muka dalam seminggu diadakan 2 hari belajar teori dan sehari praktek yaitu paket A dan paket B setiap hari Senin dan Selasa, Paket C hari Kamis dan Sabtu. Untuk kegiatan praktek dilaksanakan serentak paket A, Paket B dan Paket C setiap hari jum’at. Hal ini dimaksudkan supaya ada kebersamaan antara siswa.
Pendampingan para tutor melalui kegiatan Tatap muka atau tutorial menjadi penting untuk dilakukan. Hal ini berguna untuk hal-hal berikut:
- Adanya Ikatan Kebersamaan Antar Sesama Peserta Paket Untuk Bangkit Dan Sukses Bersama
Masalah utama dalam diri anak putus sekolah adalah menanggulangi rasa MALU. Malu karena tidak sekolah, malu karena dicap anak bermasalah, malu berinteraksi dengan sesama, merasa rendah diri dan tak bernilai, prustasi, dan sulit beradaptasi.
Dengan adanya tatap muka, anak-anak seusia mereka berkumpul, berinteraksi dan bergaul dengan anak-anak yang mempunyai masalah serupa bahkan ada yang lebih besar masalah satu dengan lainnya. Hal ini berlahan lahan mengurangi rasa MALU anak-anak tersebut, karena ternyata banyak teman-teman mereka yang mempunyai masalah sama. Ikatan persahabatan pun terjalin sehingga mereka betah dan rajin ke sekolah. Bertemu dan berinteraksi dengan kawan-kawan di lembaga menjadi kebutuhan bagi mereka. Dengan adanya tatap muka mereka belajar satu dengan lainnya, bertoleransi dan saling menguatkan untuk bangkit dan sukses bersama. Mereka menjadi akrab dan rindu untuk terus saling bertegur sapa.
Kegiatan tatap muka juga sebagai ajang refreshing dari rutinitas kerja mereka. Untuk sejenak mereka bisa terbebas dari beban kerja yang menjadi tugas dan tuntutan ekonomi keluarga. Pekerjaan yang seharusnya belum layak mereka emban, tapi kondisi kemiskinan dan kekurangan dalam keluarga menuntut mereka bekerja di usia belia.
- Memiliki Identitas Dan Legalitas Yang Jelas (Tahu Nama Sekolah Dan Guru Pembimbingnya)
Sudah menjadi rahasia umum bahwa masih banyak lembaga yang abal-abal dalam penyelenggaraan pendidikan non formal ini. Banyak masyarakat tergiur mengikuti Paket karena ijazahnya disetarakan, dapat untuk melamar kerja dan untuk melanjutkan sekolah. Sayangnya lembaga yang tidak memahami hakikat pendidikan sering mengkomersilkan ijazah paket tersebut, sehingga banyak siswa paket tidak tahu di mana letak lembaga dan siapa saja guru mereka.
Kegiatan tatap muka membuat identitas lembaga jelas karena siswa mengetahui dimana mereka sekolah dan apa nama lembaga nya. mereka juga mengetahui dan akrab dengan para tutor pembimbing mereka.
Tutor pembimbing berperan besar dalam pengelolaan tatap muka ini. Hal ini disebabkan karena yang dihadapi adalah anak-anak bermasalah dengan karakter dan umur yang berbeda-beda. Tutor bukan sekedar mengajar melainkan sebagai fasilitator, mereka menjadi guru, menjadi orang tua dan terkadang menjadi mitra dan teman dalam menyelesaikan masalah. Tutor tutor yang mengabdi di PKBM az zahra Kepahiang tidak pernah keluar masuk seenaknya, mereka sangat disiplin dan rata-rata telah mengabdi 4 sampai 9 tahun. Ini membuktikan bahwa tutor pun merasa enjoy dan menyenangi kegiatan tatap muka bersama mereka. Ada ikatan yang kuat antara siswa dengan tutornya dan ini berlanjut dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga tak heran jika siswapun tak segan untuk curhat mengenai masalah pribadi mereka.
- Acuan Bagi Tutor Untuk Memberikan Nilai Sekolah (NS)
Nilai sekolah yang bagus akan didapat jika siswa betul betul belajar dan memahami pelajarannya. Anak-anak yang sudah putus sekolah tentu mengalami kesulitan untuk belajar mandiri di rumah,
- Peningkatan Kapasitas Keilmuan Sehingga Mempermudah Lulus Ujian Nasional
Tatap muka yang dilakukan untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Jika peserta didik aktif mengikuti tatap muka, maka dapat dipastikan mereka lebih siap dalam menghadapi Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK). Manfaat yang diharapkan dari pendampingan dan kegiatan pembelajaran di Program Pendidikan kesetaraan ini antara lain:
- Mengurangi pekerja anak dan dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi
- Agar Peserta didik mengerti dan memahami betapa pentingnya pendidikan sebagai modal hidup di masyarakat baik dalam berusaha maupun kegiatan sosialnya lainnya
Untuk mengurangi permasalahan sosial yang muncul dari pekerja anak tersebut, perlu kerjasama segala pihak, oleh karena itu kami bekerjasama dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kepahiang serta dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kepahiang untuk mendampingi anak-anak putus sekolah tersebut. Hasilnya terbentuklah program kesetaraan Paket A, Paket B dan Paket C dalam rangka mengurangi pekerja anak dalam rangka mendukung Program Keluarga Harapan.
Kedepan…kami berharap adanya keterlibatan masyarakat atau ormas yang ikut serta berperan aktif dalam membantu pekerja anak ini agar dapat kembali menyelesaikan pendidikannya.
Tinggalkan Balasan