MENJADI BIDADARI DI HARI YANG FITRI
Untuk anak-anakku yang mulai ribut dan tak sabaran membuka celengan demi mendapatkan sepotong baju baru buat lebaran. Untuk adik-adikku, kaum muda yang asyik bercengkrama sembari jalan-jalan pagi di tepi trotoar sembari merencanakan tamasya ke mana lebaran nanti dan teristimewa buat teman-teman seprofesiku yakni kaum perempuan, ibu rumah tangga yang mulai kalut dengan toples-toples kue yang harus terisi dan cat rumah yang menuntut diganti.
Lebaran sebentar lagi, tinggal menghitung hari. Masjid-masjid mulai sepi dan aktifitas tadarusan seusai shalat tarawehpun menurun drastis. Sebaliknya pusat-pusat perbelanjaan banjir pembeli. Toko baju, sepatu, makanan bahkan sampai pasar daging dan ikan menjadi repot melayani pembeli yang membludak seolah tak berhenti. Anehnya, mereka begitu ceria, penuh canda antar sesama seolah lebaran adalah momen terpenting sepanjang bulan ramadan ini. Lebaran identik dengan hari ”pembebasan”. Pembebasan dari rasa lapar dan dahaga, maka kebebasan harus dirayakan.
Duhai anakku sayang, lebaran tak harus memakai baju baru. Cukuplah dengan pakaian bersih dan pantas pakai yang sudah ada. Lebaran tak harus rekreasi ke tempat-tempat hiburan adikku, alangkah indahnya bila lebaran di isi dengan agenda-agenda penuh makna lainnya. Bersilahturahmi ke tetangga, mengunjungi guru-guru atau membesuk pasien-pasien di rumah sakit yang tidak sempat merayakan lebaran bersama keluarga di rumah. Dan untukmu saudariku, kaum ibu, cukuplah makanan halal yang ada tanpa berlebih-lebihan dalam merayakan lebaran. Juga tidak harus menuntut suami menambah uang saku berlebih untuk mengecat rumah dan membeli pernak-pernik rumah lainnya. Rumah yang bersih dan penuh kasih sayang serta kesehajaan lebih terasa nikmat daripada rumah yang penuh dengan hiasan yang dipaksakan bukan ?
Kepada anakku yang lucu, adikku yang manis dan saudariku -kaum ibu yang mulia ada tiga amalan di bulan ramadan yang dapat kita lakukan untuk menjadi ”bidadari” di akhir ramadan nanti. Tiga amalan itu adalah:
Pertama Tartilul Qur’an (membaca alqur’an). ”Bulan Ramadan merupakan bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu sekaligus pembeda antara yang hak dan yang batil” (Al-Baqarah: 185). Alqur’an adalah petunjuk, kompas dan panduan hidup manusia. Ia adalah cahaya hidup. Sebagai cahaya, ia hanya akan bisa terpantul sempurna jika diserap oleh cermin yang bersih. Cermin yang bersih itu adalah gambaran hati 0rang-orang yang telah terampuni dosanya melalui pembakaran dosa-dosa dengan melakukan amalan di bulan ramadan secara benar dan sempurna. Membaca alqur’an di bulan ramadan amalannya berlipat ganda sebab setiap satu huruf yang dibaca akan mendapat ganjaran 10 kali lipat. Terutama di malam-malam terakhir menjelang lebaran ini, dimana para malaikat Allah turun ke bumi untuk memberi berkah orang-orang yang mendapat anugerah lailatul qadr.
Kedua Qiyamul lail (shalat malam). Bagi orang beriman (laki-laki dan perempuan) malam-malam ramadan terasa singkat karena mereka merasakan ”kelezatan” bermunajjah kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda ”barangsiapa yang berpuasa dan shalat malam dengan mengharap keridhaan Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang dilahirkan oleh ibunya” (Riwayat Ahmad).
Ketiga berzakat serta memberi sedekah. Seruan bersedekah pada bulan ramadan diriwayatkan sebagai berikut: ”Wahai manusia ! barangsiapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu. Para sahabat berkata, ”Ya Rasulullah, tidaklah kami semua mampu berbuat demikian. ”Rasulullah meneruskan, ”jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.” Nah, sebagai ibu rumah tangga yang setiap sorenya mempersiapkan hidangan berbuka puasa, sudahkah kita bersedekah kepada tetangga atau dhuafa yang kelaparan di ujung rumah kita?. Rasulullah telah menjadi teladan dalam hal meringkan beban orang lain, sebagimana yang digambarkan oleh Bukhari dan Muslim berikut ini ”Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadan, lebih drmawan untuk memberikan kebaikan lebih cepat dari angin yang bertiup kencang”
Duhai engkau_kaum perempuan-, sangat mudah untuk menjadi bidadari di bulan yang di berkahi ini bila engkau telah selesai khatam Alqur’an minimal satu kali maka setelah Ramadan ini berganti bacaan wajibmu adalah Alqur’an bukan buku komik picisan atau buku resep masakan.
Jika malam-malam di bulan ramadan ini kau hiasi dengan qiyamul lail maka kau akan terbiasa bangun pagi sehingga tak akan kesiangan berangkat ke sekolah dan lebih di sayang suami jika setiap pagi sarapan telah tersedia menjelang ia berangkat ke kantornya.
Lalu, tak kalah pentingnya adalah bulan ramadan melatih kita untuk senantiasa berbagi kepada sesama agar timbul rasa kebersamaan dengan masyarakat sekitar yang kurang mampu. Dengan kebersamaam tersebut akan menciptakan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman.
Nah, mari kita introspeksi diri. Mampukah predikat “bidadari” di hari yang fitri nanti kita raih ???????????
Tinggalkan Balasan