KETIKA ASA TAK BERBUAH
KETIKA ASA TAK BERBUAH
Oleh:Helmiyesi, M.Si
Suatu hari saya mendapat sms dari seorang sahabat (pengelola PAUD) yang isinya adalah keluhan tentang kinerja tutor yang tidak sesuai harapan. Padahal telah diberikan uang transport dan netbook sebagai fasilitas untuk mempermudah pekerjaannya. Kenyataannya, kinerja tutor tersebut bahkan lebih rendah dibandingkan sebelumnya, saat belum ada apa-apanya.
Saat itu saya berkaca pada diri sendiri bahwa hari yang sama saya juga mendapati surat pengunduran diri dari salah satu tutor yang merasa tidak dapat menjalankan tugasnya lagi karena kesibukan di luar dan persiapan menyambut kelahiran anaknya yang pertama. Sama halnya dengan masalah teman diatas, tutor yang mengundurkan diri ini adalah orang yang paling banyak diberi kemudahan dalam menjalankan tugasnya. Dia dipinjami motor supaya perjalanannya tidak terhambat, dia sering diutus mewakili hadir di event-event tertentu yang saya tidak bisa hadir karena jadwal lain menunggu. Dia saya percaya menjadi tangan kanan dalam mengelola lembaga yang sedang berkembang ini. Artinya, andai saya tiada mungkin dia akan ikut mewarisi apa yang ada saat ini. Ini gambaran kedekatan dan besarnya harapan yang saya pupuk terhadapnya.
Duhai sahabat, hari itu saya tidak marah. Saya tersenyum dan hanya membaca inti suratnya saja. Kata MENGUNDURKAN DIRI yang di ketik dengan huruf kapital lebar. Sekali lagi saya tersenyum.
Lalu aku menulis ini padamu, ”kita adalah pimpinan, tidak boleh khawatir jika bawahan tidak siap dan tidak bekerja sesuai harapan. Pimpinan ibarat pohon. Manakala akar dan batangnya tumbuh kuat dan sehat maka akan menumbuhkan dahan dan ranting yang lebat. Pada akhirnya akan menghasilkan buah yang manis, bermanfat dan berkhasiat. mari berjuang jadi yang terdepan, kawan”.
Tentu kau sangat berterima kasih dengan nasehatku tersebut bukan?. Nada smsmu mengatakan bahwa engkau merasa lebih nyaman dan mulai intropeksi diri. Berpedoman pada keyakinan, bahwa setiap kejadian ada hikmah yang terpendam dan berharap mendapat penganti yang lebih baik.
Tahukah engkau kawan, kadangkala kata-kata yang keluar dari diri kita itu adalah suara jiwa, cerminan diri sendiri. Aku menulis hal itu padamu adalah nasehat bagi diriku sendiri. Nasehat untuk membuatku nyaman, kuat dan ikhlas menerima kenyataan bahwa asa yang kutanam tak berbuah impian.
Sebagai pimpinan di lembaga pendidikan yang bersifat sosial. Saya banyak mempelajari karakter manusia. Dan dengan ilmu kehidupan yang didapat secara otodidak dari alam, Allah memberikan anugerah berupa kelembutan bicara dan kesabaran bersikap. Saya ingat firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 24-25 yang berbunyi” tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.
Perkataan inilah yang menjadi penyemangat manakala hati saya gundah. Saya mengartikan kalimat yang baik adalah sebuah kesuksesan. Pohon yang baik adalah perumpamaan bagi kita yang ingin sukses. Indikator pohon yang baik memiliki ciri-ciri sebagaimana berikut;
- Akarnya kuat
Akar umat islam adalah syahadatain. Keyakinan kepada Allah yang Tunggal. Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Keyakinan akan keesaan Allah ini menghasilkan energi luar biasa di saat harapan-harapan yang kita pupuk hancur berantakan karena kurang pelihara atau faktor alam. Keresahan hati tatkala orang yang dipercayai tidak bisa amanah, berkurang manakala saya ingat bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai kehendak-Nya. Artinya, untuk menjadi pimpinan yang baik diperlukan hati yang luas, kuat dan tidak gampang menyerah. Inilah sifat akar pohon yang mengikuti gerak gravitasi bumi, menghujam ke dasar tanah dengan kuatnya.
- Cabangnya (menjulang) kelangit
Pohon yang indah dipandang adalah pohon yang rimbun dengan cabang dan dahan. Artinya ada proses pertumbuhan, dari kecil menjadi besar. Dari rendah menjadi tinggi, dari sedikit menjadi rimbun. Begitupun siklus kehidupan yang kita alami. Kita tidak bisa sendirian, perlu orang lain yang mendampingi dan membantu meringankan kinerja yang kita punya. Maka sebagai pimpinan, kita harus mengelola staf-staf menjadi cabang-cabang yang diakui kualitasnya. Lalu jika staf tidak tumbuh sebagaimana harapan, bercerminlah pada pohon yang tidak gegabah menanggalkan cabangnya tetapi tetap bersabar hingga ketentuan Allah berjalan. Bisa jadi cabang itu hilang karena dipangkas oleh manusia karena terlihat tidak sehat, atau mati layu dengan sendirinya karena digerogoti penyakit. Akan tetapi pohon yang baik akan segera pulih dari sakit dan kembali menumbuhkan cabang yang baru. Siklus inipun berlaku bagi kita. Orang yang hebat dan sukses tidak tercipta dengan tiba-tiba. Perlu proses yang panjang dan berliku dalam mencapai kehebatan itu. Kadang dihina, dicaci maki, direndahkan, diremehkan bahkan divonis dengan hal-hal yang tidak kita jalankan. Hal-hal buruk tersebut adalah bahan bakar yang seharusnya menjadi penyemangat dalam hidup kita. Maka asa yang belum berbuah kini akan kita coba lagi di masa yang akan datang.
- (Pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya
Pohon apa yang paling banyak khasiatnya? Pertanyaan ini sering saya tanyakan kepada jamaah yang saya bina. Dan biasanya mereka akan menjawab pohon kelapa atau pohon kurma. Pohon tersebut memang paling banyak manfaatnya, dari mulai akar, batang, daun dan buahnya. Hadist rasulullah yang mengatakan ”sebaik-baiknya mukmin adalah yang paling banyak memberi manfaat pada sesamanya”. Maka manfaat apa yang kita terima jika serta merta kita memarahi bawahan yang kita anggap tidak tau balas budi?. Tentulah sikap menentang dan permusuhan yang akan kita dapatkan. Pemimpin yang baik akan memperlakukan bawahannya dengan bijak hingga bawahan tersebut suatu saat sadar dan menyesal telah keluar dan tidak bekerja padanya lagi. Pohon rambutan yang dipukul dan dilempari batu dengan anak-anak di bawahnya akan membalas dengan buah rambutan yang jatuh karena sudah masak sehingga terasa manis di lidah. Dia tidak membalas memukul dan melempar batu kembali. Begitulah pelajaran yang diberikan pohon yang baik kepada kita.
Duhai kawanku, telah panjang lebar saya uraikan nasehat ini padamu. Nasehat yang berasal dari hatiku yang paling dalam. Entah benar atau salah perumpamaan yang saya jadikan contoh diatas. Semua saya kembalikan kepadamu, untuk mencernanya lebih jauh. Ketika asa tak berbuah, jadilah pohon yang baik.
Tinggalkan Balasan