Jejak Pendidikan Kesetaraan di PKBM Az zahra Kepahiang
Zahra Publishing. JEJAK PENDIDIKAN KESETARAAN DI PKBM AZ ZAHRA KEPAHIANG
Az Zahra artinya BUNGA.
Dirintis oleh Helmiyesi (Umi Yesi) pada 1 Maret 2003 dengan program pertama adalah bimbingan belajar SD, jumlah siswanya 7 orang. Modal awal pendirian Az zahra sebesar Rp.42.000,- (Empat puluh dua ribu rupiah) berasal dari uang pendaftaran peserta didik. Tempat menumpang di garasi orang tua perintis (Bapak Sa’i) dengan karpet warna hijau pinjaman dari Ibu Darmaningsih (alm). Papan tulis dan spidol dibantu Ibu Titi. Mereka adalah teman-teman perintis yang baik hati, menyumbang untuk membantu Az zahra berdiri, karena perintis saat itu adalah pengangguran.
Tahun 2004 dari 7 siswa SD tadi ternyata 5 siswa berhasil mendapatkan juara kelas dan bahkan 2 siswa mendapatkan beasiswa di sekolahnya, padahal sebelumnya mereka adalah anak-anak peringkat akhir di sekolah. Dampaknya peserta didik membludak menjadi 50 siswa. Program bertambah yaitu kursus bahasa inggris dan bahasa arab. Perintis dibantu oleh 2 orang tutor, mahasiswa STAIN Curup.
Tahun 2005, Program kesetaraan paket C dimulai dengan jumlah peserta didik 61 orang yang merupakan anak-anak putus sekolah di sekitar lembaga. Saat itu perintis dibantu 4 orang tutor.
Tahun 2006, program kesetaraan paket B dimulai dengan jumlah peserta didik 26 orang. Perintis dibantu 6 orang tutor, dan tahun yang sama legalitas berupa izin operasional nomor 1770/891.3/Diknas/2006 diberikan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Kepahiang dengan nama PKBM AZ ZAHRA KEPAHIANG.
Tahun 2007, program kesetaraan paket A dan Pendidikan anak usia dini (PAUD) dimulai, PAUD Fatonah Desa Tapak Gedung Kecamatan Tebat Karai, Kepahiang. Perintis dibantu 12 orang tutor.
Tahun 2008, Az zahra melakukan terobosan baru dengan Program Tutor Kunjung ke Desa Temdak Kecamatan Seberang Musi, Kepahiang. Desa yang sulit dijangkau karena kondisi jalan yang berlobang dan berbatu serta jauh dari perkotaan. Program yang dilakukan adalah keaksaraan fungsional, kesetaraan paket A, paket B dan Paket C. PKBM mendapat dukungan dengan memanfaatkan sarana belajar dirumah penduduk (peserta didik), masjid/musholla desa, Balai Desa dan pinjam pakai gedung SD.
Dampak dari Program Tutor Kunjung ini PKBM Az zahra Kepahiang mengikuti lomba Jambore 1000 PTK PNF dan menang ditingkat Kabupaten (juara 1), tingkat Provinsi (juara 1) dan menjadi peserta lomba tingkat nasional di Semarang Jawa Tengah, saat itu mendapat juara harapan 1 tingkat nasional. Bonusnya, PKBM Az zahra Kepahiang mendapatkan bantuan 3 unit sepeda motor dari Kemdikbud yang diserahkan langsung oleh Bupati Kepahiang pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2008.
Tahun 2009, Peserta didik semakin bertambah, program kegiatan juga semakin banyak. PKBM tidak bisa lagi belajar di garasi dan menumpang di rumah warga. Maka perintis mendapatkan wakaf 2 kapling tanah dari keluarga dan membongkar celengan sebesar 40 juta sebagai modal awal pembangunan gedung PKBM Az zahra Kepahiang yang saat ini ditempati. Dalam pembangunan juga dibantu para alumni sebagai donatur.
Tahun 2010 – 2014, PKBM fokus melakukan pendampingan desa dan ikut menyukseskan satu desa satu PAUD. Sehingga berdiri 13 PAUD di desa binaan sebagai basis data anak putus sekolah dan menjadi pusat informasi bagi masyarakat yang ingin bersekolah di PKBM. Desa binaan tersebut adalah Desa Tapak Gedung, Desa Tugurejo, Desa Taba Baru, Desa Cinta Mandi baru, Desa Limbur Lama, Desa Tebat Laut, Desa Bayung, Desa Taba Padang, Desa Talang Gelompok, Desa Lubuk Saung, Desa Karang Endah, Kel Padang Lekat dan Kel Pasar Kepahiang.
Tahun 2015, PKBM Az zahra Kepahiang diajak kerjasama Program Pengurangan Pekerja Anak (PPA) oleh Dinas Tenaga Kerja. Program tersebut adalah upaya pemerintah daerah peduli pada anak yang bekerja dan tidak bersekolah, setelah dilakukan pendampingan oleh dinas tenaga kerja, anak-anak usia 6-18 tahun tersebut melanjutkan sekolahnya di PKBM Az zahra Kepahiang.
Dari program pengurangan pekerja anak inilah perintis menemukan anak-anak seperti RINI, pekerja anak (pemulung) yang belum pernah mengenyam pendidikan formal. Ternyata masih banyak anak usia sekolah yang tidak bersekolah karena bekerja membantu orang tua.
Sejak itu pula (2015 – sekarang) dominan peserta didik yang mengikuti Program Kesetaraan merupakan anak usia sekolah. Dan untuk menarik minat pekerja anak ini agar betah sekolah maka berbagai keterampilan dilakukan. Mulai dari tata boga, tata rias hingga produk pertanian. Dan produk unggulan saat ini adalah batik diwo kepahiang.
Melalui keterampilan batik diwo ini, peserta didik belajar melestarikan budaya lokal daerah dan dapat penghasilan berupa wirausaha. Membatik juga digunakan tutor untuk terapi belajar yakni melatih kesabaran, ketelitian, kerjasama dan kreatifitas peserta didik kesetaraan.
Demi Rini dan anak-anak yang putus sekolah ataupun belum pernah sekolah lainnya. Kami ada untuk mereka. KAMI DI SINI UNTUK MELAYANI. Terimakasih
Tinggalkan Balasan