"PKBM AZ- ZAHRA""MEMBANGUN PERADABAN YANG BERMARTABAT" "MARI KITA TUNTASKAN WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN""TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK BELAJAR"

DUHAI IBU…SELAMATKAN PUTRIMU

DUHAI IBU…SELAMATKAN PUTRIMU

Seringkali kita dikejutkan dengan berita Ayah tiri yang tega memperkosa anak belasan tahun hingga mengandung, kisah seperti ini hampir setiap hari kita dengar baik melalui media massa maupun melalui media elektronik lainnya. Hasil laporan yang kami terima dan tangani melalui DPC FPPI Kepahiang rata-rata setiap bulannya mereka menangani 5 kasus kekerasan terhadap anak di bawah umur. Belum lagi kasus-kasus anak lainnya yang tidak sempat terlayani karena tidak adanya laporan dan keluhan. Dan yang paling memprihatinkan justru pelaku tindak kekerasan tersebut adalah orang-orang terdekat dengan anak. Banyak tindak kekerasan justru dilakukan oleh ayah tiri, kakek, paman, keponakan atau bahkan ayah kandungnya sendiri. Tragis memang.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan seorang ibu terhadap anak-anak perempuannya agar terhindar dari hal-hal disebut diatas? Yang pertama sebelum menikah seorang perempuan harus benar-benar menyeleksi calon suami yang bakal menjadi ayah dari keturunannya. Sebab dengan mengetahui latar belakang keluarga calon dan pribadinya sebelum menikah kita telah meminimalisir hal-hal buruk di masa depan. Janganlah menjadi sok pahlawan dengan menikahi laki-laki yang buruk tabiatnya dengan dalih akan mampu merubahnya menjadi lebih baik setelah menikah nanti. Kecil sekali kemungkinan kita dapat merubah tabiat  orang lain karena kita juga punya kelemahan dan keterbatasan. Nah…bagi yang belum menikah…pikirkanlah hal ini dan tegaslah pada laki-laki yang akan menjadi pendampingmu. Pilihlah laki-laki yang santun dan berakhlak mulia, calon ayah bagi anakmu.

Yang kedua, saat perempuan telah dipercaya untuk mengandung benih kasih sayang antara suami dan isteri maka tugas sebagai ibu telah di mulai. Di saat awal kehamilan, janin telah mampu merespon kehendak ibunya. Hal ini terbukti dengan, jika sang ibu merasa senang dan rileks dalam masa kehamilan maka dia tidak akan mengalami kesulitan-kesulitan berarti dalam masa kehamilannya. Sebaliknya bila seorang ibu tidak dapat tenang dan sering emosional semasa kehamilannya maka sering kita dengar keluhan-keluhan seputar kehamilannya. Anak harus di didik sedini mungkin, sejak masa kehamilan sampai usia 8 tahun pertumbuhannya. Masa ini di sebut masa golden age yaitu masa keemasan bagi anak. Jika masa-masa ini kita tidak maksimal mendidik anak maka kita akan menghasilkan anak-anak yang lemah dan rentan terhadap masalah. Anak-anak yang tidak terbiasa dekat dengan orang tua terutama ibunya akan menjadi anak-anak yang tidak bersemangat, tidak antusias dan pasif terhadap semua kegiatan. Lain halnya dengan anak-anak yang telah kita didik sejak masa kehamilan hingga usia balitanya dengan baik, maka akan menghasilkan anak-anak yang hangat, ceria, tidak berpura-pura, mudah memaafkan dan dapat menghadapi kendala dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya.

Yang ketiga, jadilah sahabat bagi putra-putri anda. Seorang ibu tidak seharusnya malu untuk ikut bahasa-bahasa gaul muda mudi yang sedang tren sekarang. Usia 10 sampai 18 tahun adalah usia anak yang sedang di masa pubertas, masa pencarian jati diri dan masa perkembangan organ kelaminnya. Seorang ibu selayaknya bersikap sebagai sahabat dalam masa-masa transisi ini agar anak tidak salah memilih orang sebagai sahabat atau tempat curhat. Sikap ibu yang terbuka dan mau mendengarkan keluh kesah anak-anaknya dapat meminimalkan kekerasan terhadap mereka. Sebab anak-anak ini akan bercerita jika ada hal-hal yang janggal terhadap orang-orang yang berada di sekitarnya. Hal ini langkah awal seorang ibu mengetahui dan segera mengatasi etikad tidak baik orang-orang terhadap anaknya. Banyak kasus perkosaan yang menimpa anak-anak tidak diketahui orang tuanya karena anak takut mengadu. Anak takut dengan ancaman pelaku kekerasan sehingga seringkali perkosaan terjadi berkali-kali di saat ibunya bepergian.

Ilustrasi berikut ini mengambarkan betapa pentingnya seorang ibu memilih suami yang baik, mendidik anaknya sejak usia dini dan menjadi sahabat saat anak membutuhkan. Kisahnya dimulai saat seorang perempuan terpaksa menikah di usia muda dengan pacarnya karena telah mengandung duluan. Perempuan ini terpaksa putus sekolah di tingkat SLTA dan berganti status dari “pelajar” menjadi seorang “isteri”. Beberapa bulan kemudian dia melahirkan seorang anak perempuan, dan statusnyapun berganti sebagai “ibu”. Dengan suami yang masih muda dan tanpa pekerjaan jelas, maka pekerjaan mendidik dan mengasuh anakpun hanya terfokus kepadanya seorang.  Saat anak masih balita, sang ibu belum begitu kerepotan mengurusnya. Namun seiring waktu anak tumbuh dan semakin banyak hal-hal yang tak pernah diperhatikan serius olehnya. Setiap kali anak rewel dan menangis, sang ibu punya jurus jitu untuk menenangkannya. Jurus jitu tersebut adalah kata-kata ancaman “Awas, jangan nakal, jangan cengeng…nanti ibu tinggal !” Kalimat ini diucapkan dengan mimik muka serius dan tanpa belas kasih. Dan kalimat ini ternyata ampuh untuk meredam gejolak sang anak.

Seiring dengan waktu, anak perempuan itupun bertambah dewasa, dia berteman dengan seorang laki-laki teman sekelasnya. Dan ternyata kalimat ampuh ibunya dahulu juga digunakan oleh sang teman laki-lakinya tersebut setiap kali ada permintaannya yang tak dituruti olehnya. Awalnya hanya hal-hal sepele seputar pekerjaan sekolah. Sang lelaki mengancam tidak mau berteman lagi jika PR nya tidak dikerjakan. Dia juga mengunakan bahasa yang sama jika minta ditraktir makanan atau sekedar minta kirim pulsa. Walhasil, sang anak perempuan selalu menuruti permintaan teman laki-lakinya karena takut ditinggal dan tidak di anggab temannya. Hal ini persis dengan ancaman yang selalu di ucapkan oleh ibunya dahulu ketika dia rewel minta sesuatu. Ibunya selalu bilang “Awas, jangan nakal, jangan cengeng…nanti ibu tinggal !”.

Bisa ditebak, ketika sang teman laki-laki minta dia nginab di kostnya, diapun menuruti. Dan sudah pasti kejadian yang tidak diharapkanpun terjadi yakni perbuatan zina antara dua pelajar tersebut. Hal ini banyak terjadi di kalangan pelajar kita. Bahkan sebuah study mencengangkan yang pernah dilakukan pelajar SMA beberapa tahun lalu menyatakan bahwa hampir 40% pelajar SMA di Kepahiang sudah pernah berhubungan intim alias tidak perawan lagi. Nauzubillah min dzalik….

Nah…ibu..selamatkan anakmu. Mulailah dengan hal-hal kecil bersama anak-anak kita. Bagi yang belum menikah, waktu masih panjang untuk mencegah kekerasan terhadap anak-anak kita. Bagi yang telah mempunyai anak usia dini, jadilah ibu yang hangat dan pendidik utama di keluarga. Ibu juga dapat menitipkan anak ke lembaga PAUD yang ada di sekitar rumah. Namun, perlu diperhatikan jika ingin menitipkan anak di PAUD, pilihlah lembaga anak usia dini yang benar-benar menekankan pembelajaran karakter di sekolahnya. Jangan tergiur dengan lembaga-lembaga PAUD yang menawarkan kegiatan ektrakurikuler yang berjibun sementara kegiatan kesehariannya biasa-biasa saja. Dalam hal ini tentu saya merekomendasikan lembaga PAUD yang saya asuh seperti PAUD At Thoriq di Padang Lekat, yang siap menerima siswa baru dan bersedia mendidik anak-anak usia dini di Kepahiang yang berakhlak mulia dan menjadi generasi penerus bangsa nantinya.

Oke..ibu selamatkan anakmu. Jadilah sahabat dikala anak gundah. Jadilah penyelamat masa depannya. Selamat menjadi ibu…

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fourteen − eight =

Kegiatan PKW Batik Diwo Kepahiang