"PKBM AZ- ZAHRA""MEMBANGUN PERADABAN YANG BERMARTABAT" "MARI KITA TUNTASKAN WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN""TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK BELAJAR"

3 BERSAUDARA PENGUMPUL KORAL (kembali) SEKOLAH

Ada yang menarik saat hari pertama orang tua mengantar anak sekolah di PKBM az Zahra Kepahiang beberapa hari yang lalu. Yaitu seorang ibu yang datang mengantar 3 orang anaknya untuk mengikuti Program Kesetaraan di az Zahra. Ananda Maikel terdaftar di Program Paket A dan kedua kakaknya, Riki Bae dan Kemuning Andika Pratama mendaftar di program paket B. Setelah menemui petugas daftar ulang untuk mengecek kelengkapan administrasi sebagai peserta didik di az Zahra, sang ibu di antar pendamping anak, Tri Astuti menemui Umi yesi, Pimpinan PKBM.

 

“umi, saya titip 3 anak saya untuk sekolah di sini ya mi….”. Dia mengulurkan tangan dengan senyum dan binar mata semangat.

“ohhh…ini anak anak hebat yang di ceritakan pendamping ya?. Respon umi yesi dengan senyum khasnya. Siswa siswi reguler yang sekolah di az Zahra mempunyai pendamping. Setiap pendamping biasanya membina 5 sampai dengan 10 anak. Tugas Pendamping antara lain mendata anak tidak sekolah (ATS) di wilayahnya, mengidentifikasi kebutuhan pendidikan anak dan ikut serta menggali bakat dan minat anak, memfasilitasi anak tidak sekolah tersebut agar kembali melanjutkan pendidikannya, menjadi penghubung antara anak dengan PKBM, dan berperan aktif dalam kegiatan kegiatan yang diselenggarakan PKBM.

“Iya umi…ini Maikel, Riki dan Kemuning ”. Satu per satu anak anak tersebut di kenalkan dan menjabat tangan umi dengan hormat. Ada rasa haru, sedih, bahagia bercampur aduk dalam hati. Anak anak ini masih muda sekali. Maikel berusia 14 tahun, Riki berumur 15 tahun dan Kemuning 17 tahun.

“ Baiklah bu…anak anak ini kami terima sekolah di sini. Semoga mereka betah dan rajin datang untuk belajar. Karena usia mereka masih usia sekolah maka kami memberikan beasiswa berupa pembebasan segala biaya dengan syarat rajin menghadiri tatap muka ya”.

“Alhamdulillah….terima kasih banyak umi. Dan pakaian yang mereka pakai hari ini juga pemberian umi dan tutor tutor az Zahra”. Laporan Ibu paruh baya ini sambil menghapus ujung mata yang mulai basah. Saya ingat sebelumnya pendamping menyampaikan bahwa ada keluarga yang membutuhkan pakaian untuk di pakai di hari lebaran Idul Fitri lalu. Dan para tutor az Zahra memberikan sumbangan pakaian pantas pakai untuk di bagi bagikan. Rupanya pakaian tersebut telah di terima oleh ketiga bersaudara ini. Dan mereka bahagia sekali.

3 bersaudara yang putus sekolah ini menarik perhatian kami. Sehingga setelah beberapa kali tatap muka, saya memanggil salah satu anak untuk mengetahui latar belakang mereka. Ketika jam istirahat sekolah, Kemuning datang menemui.

“ Kemuning senang sekolah di az Zahra? Pertanyaan pembuka ini di sampaikan untuk memulai pembicaraan.

“Umi ingin menulis tentang kalian bertiga yang sekolah paket di sini, sebab kalian menarik perhatian kami. Supaya beritanya tidak salah, maka umi mau bertanya beberapa hal. Boleh ya?’”

“Iya mii. Alhamdullillah kami bisa sekolah lagi di tempat umi” jawabnya tersenyum.

“Baik…yang pertama umi mau tau apa penyebab Kemuning tidak sekolah?.

“Saya tamat SD dan sudah terdaftar di SMP. Hari ke tiga sekolah, adik saya Ella Fitrianingsih mendadak sakit. Dia pingsan dan harus di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Bengkulu. Kata Dokter sakit syaraf sehingga adik saya lumpuh dan tidak dapat bergerak. Saya sangat dekat dengan Ella sehingga tidak tega meninggalkannya untuk ke sekolah. Padahal ayah dan ibu telah menasehati dan membujuk saya agar tetap sekolah. Namun saya tidak mau mii…”. Jawaban Kemuning ini di luar ekspectasi alasan umum anak putus sekolah. Umi terdiam sejenak. Menanti kemuning menenangkan dirinya. Kenangan sang adik masih melekat di hatinya. Kemuning menunduk.

 

“Oh..umi minta maaf telah mengingatkanmu dengan almarhum Ella. Lalu bagaimana dengan Riki dan Maikel ?. Mengapa mereka tidak sekolah ?” melanjutkan informasi tentang adik adiknya.

“Kalo Riki dan Maekal di keluarkan dari sekolah mii. Mereka sering di ganggu kawan sekolah dan sering berantem di sekolah. Riki sudah pernah sekolah di SMP dan Maikel di keluarkan saat kelas 5 SD. Mereka sering di ejek dan di bully teman. Mereka tidak menganggu orang, tapi kalo ada yang ganggu mereka ajak berantem. Jadi karena ribut terus akhirnya di keluarkan”.

Alasan tidak sekolah atau di keluarkan karena sering di bully ini cukup meresahkan. Dan biasanya anak korban bullying ini adalah berasal dari ekonomi rendah. Keluarga tiga bersaudara yang tidak sekolah ini memang miskin dari segi ekonomi. Ayah mereka bekerja sebagai pengumpul batu koral dari sungai di belakang rumah mereka. Ketiga anak ini ikut membantu sang ayah turun ke sungai mengambil batu koral. Sang ibu tidak mempunyai pekerjaan selain mengurus keluarga sebab mereka masih memiliki 3 adik yang balita. Jadi dalam satu rumah petak yang mereka miliki ada 6 anak dan kedua orang tuanya. Jika pekerjaan mengumpulkan koral sedang sepi, kemuning ikut wawak mengambil dan mengantar ayam dari Lubuk Linggau. Sementara Riki dan Maikel berdiam di rumah.

“Pertanyaan terakhir, apa cita cita Kemuning?”

“ Saya mau jadi POLISI mii…bisa kan ?, senyumnya berkembang penuh harapan.

“Bisa dong…asal rajin sekolah. Sekarang kembalilah ke kelas ya.” Jawab umi dengan senyum pula. Dan Kemuning pun keluar ruangan dengan harapan besar di dadanya.

Diskusi ketika istirahat tersebut sudah cukup untuk mengetahui latar belakang ketiga bersaudara ini. Riki bae sang adik ketika di tanya cita citanya ingin menjadi guru olahraga. Sementara maikel belum tau apa cita citanya di masa depan. Dia hanya tersenyum.

 

Tiga bersaudara pengumpul koral telah kembali bersekolah. Mereka masih muda dan punya impian besar di masa mendatang. Ketiganya di temukan oleh pendamping, Tri Astuti ketika menelusur anak putus sekolah sasaran program PPA PKH. Program lintas sektor ini bertujuan mengurangi pekerja anak terutama anak anak penerima manfaat PKH di Kabupaten Kepahiang. Pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata dan Tenaga Kerja Kabupaten Kepahiang telah memfasilitasi 120 anak putus sekolah agar kembali melanjutkan pendidikannya. Dan tindak lanjut pendidikan anak anak ini masih menjadi pe er bersama. Jika ada yang ingin membantu Kemuning dan adik adiknya bisa menemui mereka di Kelurahan Pensiunan, depan SD 15 Kepahiang. Dan jika ingin membantu anak anak putus sekolah yang lainnya bisa langsung ke PKBM Az Zahra Kepahiang, Jl. Pengabdian Kelurahan Padang Lekat Kecamatan Kepahiang Kabupaten kepahiang. Provinsi Bengkulu.