Rina dan Rini
RINA DAN RINI
Pagi ini, pukul 08.12 wib, ananda Rina datang ke rumah dengan malu malu.
“Mii…punya nasi ?? Rini mau nasi.”
“lhoo,….. kenapa perlu nasi ? Rini belum makan ? kemana wawak nak ?” tanyaku penasaran.
“wawak ke Ujan mas karena nenek meninggal tiga hari yang lalu, kami mau masak tapi tidak ada beras”, ucapnya pelan sambil menunduk.
Rina dan Rini adalah kakak beradik yang tinggal menumpang dengan saudara tua Ibunya, biasa di panggil wawak (bude). Profesi wawak mereka adalah pemulung sampah daur ulang seperti botol plastik, kertas dan Koran bekas. Di rumah sempit yang tak layak huni tersebut tinggal juga seorang kakek lanjut usia yang sehari hari pergi ke rumah rumah untuk meminta “sumbangan”. Ada 8 orang tinggal dalam rumah petak dengan satu buah kamar dan tanpa perabotan rumah tangga yang layak. Terkadang beberapa anak keluarga juga menumpang tinggal di sana, berdesakan hingga ada yang tidur di luar rumah beralaskan kardus dan Koran bekas.
Wawak mempunyai 3 orang anak, anak pertama perempuan berusia 15 tahun, anak kedua laki laki berusia 10 tahun dan anak ketiga laki laki berusia 6 tahun. Sedangkan Rina dan Rini berusia 12 dan 11 tahun. Kelima anak usia sekolah tersebut tidak ada satupun yang pernah mengenyam pendidikan formal. Karena faktor ekonomi dan beratnya beban hidup yang mesti mereka tanggung. Untuk mengurangi beban ekonomi, anak pertama wawak telah di nikahkan dengan seorang petani dewasa sehingga anak tersebut dapat ikut suaminya ke kebun. Pernyataan miris sang wawak kepadaku saat menikahkan anak tersebut adalah, “hilang satu beban aku miii, …..dio la nikah bisa ikut lakinyo!”. Aahhhh…..aku hanya bisa istiqfar dalam hati. Semoga engkau bahagia nak…doaku lirih.
Dalam kondisi sulit dan serba kekurangan tersebut, apakah tidak ada perhatian dari pemerintah ?. jawabnya ADA. Keluarga wawak adalah peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Kakek tua yang ada di rumah juga di bantu melalui program UEP Lansia dan program Homecare Lansia. Dan sesekali ada bantuan sembako dari organisasi wanita dan para dermawan di Kepahiang. Namun….kemiskinan belum mau sirna dari kehidupan mereka.
Rina, Rini dan kedua anak wawak kami bujuk untuk mau sekolah di PKBM az Zahra Kepahiang. Alhamdullillah saat ini mereka sudah duduk di Paket A (setara SD) tingkat 1. Mereka masih perlu layanan khusus karena masih buta huruf. Dan, ternyata anak anak di Kabupaten Kepahiang yang masih buta huruf dan belum mengenyam pendidikan ini masih cukup banyak. Tahun pelajaran 2016/2017 ada 13 anak yang masuk kategori Paket A tingkat 1. Jumlah ini tentu cukup mengherankan bagi dunia pendidikan di Kabupaten, sebab anak anak ini tinggal di Kecamatan induk yaitu Kecamatan Kepahiang, yang fasilitas pendidikan formalnya sangat cukup dan memadai. Mengapa mereka tidak sekolah ? Mengapa mereka mau dan tertarik ikut paket A ? Mengapa anda tidak tanya langsung dan bertemu dengan mereka???.
Yukk ketemu Rina dan Rini di az Zahra !!!
2 Responses to Rina dan Rini