Rayakan Hari Kartini di Tengah Pandemi Covid-19
Rayakan Hari Kartini di Tengah Pandemi
Ada yang berbeda dengan hari ini, tak seperti biasanya. Setiap tanggal 21 April yang tiap tahun diperingati dan dirayakan sebagai hari lahir tokoh perempuan yaitu RA.Kartini. Hari ini sepi…tidak ada perayaan..tidak ada perlombaan. Dikarenakan situasi daerah darurat covid-19. Pandemi virus corona yang membuat kita harus mengurangi aktivitas di luar rumah, dan tak bisa melihat atau menjalankan tradisi Hari Kartini seperti tahun-tahun sebelumnya.
Siapa Kartini?
Kartini adalah sosok perempuan yang memperjuangkan hak-hak kaumnya yang dianaktirikan, menjadi suatu pengakuan, di mana para wanita juga bisa turut mengusahakan dan berkontribusi pada sekitar dan negara, sama seperti laki-laki. Perjuangannya inilah yang semangatnya selalu dikobarkan setiap 21 April.
Apa yang bisa kita tiru dari Kartini?
Mungkin saat ini kita tidak bisa merasakan keseruan memakai baju-baju adat di sekolah, atau upacara dengan menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini. Tapi yang pasti, semangat juang kartini dalam memberdayakan perempuan tidak akan berhenti sampai kapanpun. Sebagai Kartini-Katini muda penerus perjuangannya, kita perlu meniru sifat teladannya. Apa saja sih sifat teladan Kartini yang bisa kita lakukan di masa sekarang?
Sederhana
Kartini adalah anak Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Sosroningrat. Suaminya juga seorang bangsawan yang menjabat Bupati Jepara pada masanya, KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Meskipun ayah dan suami dari kalangan bangsawan, RA Kartini tak lantas berpangku tangan dan diam di rumah. Ia dikenal merakyat, bergaul & berteman dengan siapapun. Bahkan ia menolak perilaku para bangsawan lain yang menggunakan status dan derajat mereka untuk menindas kaum di bawahnya. Di saat ia menikah, dengan bangsawan pula, RA Kartini tidak menggunakan baju mewah pernikahan dan tidak menggelar pesta yang mewah.
Berani & Optimis
Di masanya dulu, RA Kartini sempat ditentang oleh masyarakat di sekitarnya. Mereka menentang pandangan Kartini yang menganggap perempuan harus keluar rumah, belajar, dan mengejar cita-cita. Budaya pingit menurutnya akan menutup kesempatan perempuan dalam melihat dunia. Namun, ia berani membuka sebuah tempat belajar khusus untuk mendidik pada perempuan dan anak-anak. Ia juga optimis, perbuatan kecilnya ini akan berdampak besar di masa depan. Tidak hari ini, mungkin esok atau lusa. Terbukti, sampai saat ini RA Kartini masih menggema gaungnya di mata masyarakat khususnya perempuan. Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini, murid-murid sekolah memakai baju adat daerah, hingga lagu yang tercipta berjudul Ibu Kita Kartini. “Kejarlah kesuksesan hingga kamu tak perlu lagi memperkenalkan namamu karena mereka telah mengenalmu.”
Independen/Mandiri
Mandiri bukan berarti kita tidak butuh orang lain. Sebagai makhluk sosial, kita memang tidak bisa lepas dari bantuan orang lain. Tapi, tak ada salahnya kalau kita melakukannya sendiri selama kita mampu. Intinya, jangan manja. Seperti teladan dari RA Kartini, meskipun kala itu dipingit, ia bisa mencari cara sendiri agar dirinya bisa berpengaruh bagi sekitarnya. Meskipun ia tidak disekolahkan tinggi-tinggi, ia belajar dengan cara menulis surat dengan para sahabat penanya dan belajar melalui pengalaman mereka. Hasilnya, ia bisa membangun sekolah Perempuan Pertama di Jawa.
Cerdas dan Berwawasan Luas
RA Kartini memiliki jiwa seorang pendidik. Ia belajar dari semua hal lalu mengajarkannya kepada anak-anak didiknya. Tak heran sekolah khusus perempuan pun ia dirikan. Mulai dari baca/tulis, melukis, memasak, menjahit, dan sebagainya. Hal ini ia lakukan karena pengalaman masa lalunya bahwa seorang perempuan yang belum menikah harus dipingit di rumah. Ia bersedih ketika seorang perempuan tidak memiliki hak yang sama seperti laki-laki dalam hal pendidikan, berpendapat, dan bekerja. Wawasan luas RA Kartini didapatkannya dari kegiatan surat menyurat bersama teman-temannya dari luar negeri. Pikirannya terbuka semenjak saat itu. Kini, ia tularkan kepada anak-anak Indonesia hingga generasi berikutnya.
Inspiratif
Selalu menginspirasi orang lain! Yang dilakukan RA Kartini saat itu hanyalah sebuah keikhlasan dan kesungguhan. Masyarakat kala itu tak ada yang mengira bahwa teladan RA Kartini bisa terbawa hingga saat ini. Menginspirasi berarti menularkan pandangan baru kepada orang lain, mampu membuat orang lain melakukan sesuatu. Menginspirasi orang lain itu mudah kok. Pastikan mereka melihat bahwa hal positif yang kita lakukan berdampak baik di lingkungan sekitar. Dengan begitu, mereka akan termotivasi untuk bertindak. Simple kan?
Nah, meski tahun ini kita tidak bisa merayakan hari Kartini seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi teladan, semangat dan perjuangannya harus terus menyala dalam hati. Meski stay at home, gerakan Kartini untuk kaum perempuan tetap berjalan, tetap aksi meski lewat tulisan yang bermakna dan menginspirasi. Mari kita terus menguatkan diri, keluarga dan masyarakat untuk taat instruksi dan anjuran Pemerintah agar tetap berada di rumah ditengah kondisi darurat covid 19 ini. Rayakan hari Kartini dengan mencontoh sifat-sifat positif yang telah dipraktekkannya. Selamat Memperingati Hari Kartini, untuk Kartini-Kartini Indonesia! Teruslah menginspirasi.
Helmiyesi, M.Si
Ketua DPC FPPI Kepahiang. Ketua Yayasan Az Zahra Kepahiang
Tinggalkan Balasan