PANGGILAN TERBAIK KU
Namaku Helmiyesi, tapi lebih akrab di sapa Umi yesi. Itu adalah panggilan terbaik yang ku suka. Sama sepertimu kan, selalu ada panggilan terbaik yang kita senangi dan khusus tertuju untuk kita. Namun tak semua panggilan enak di dengar, bahkan untuk anak muda zaman sekarang. Terkadang nama asli hilang karena kalah tren dengan nama panggilan. Anak-anak muda lebih suka dipanggil masbro…alay, jablay, lebay, cudet..capdet..cas…cis…cus…ladies…girly…dan nama-nama aneh lainnya yang jauh dari nama sebenarnya.
Padahal, tau nggak sih…kalo nama kita tu selalu ada maknanya bagi orang tua yang telah memberi kita nama. Ada kisah atau momen-momen penting sehingga nama kita demikian. Atau sebersit doa dan harapan orang tua tentang masa depan kita nanti.
Lagipula, tidak semua orang suka namanya dipelesetkan. Contohnya aku, saat usia Sekolah Dasar, aku di sapa dengan nama depan yaitu “hel”…namun menjelang naik kelas IV SD nama tersebut ditambahi dengan panggilan “hell” yang berarti neraka. Saat itu kami baru belajar kosakata tersebut dalam bahasa Inggris. Jadilah panggilan buruk tersebut melekat padaku, meski dengan intonasi penuh canda.
Rupanya panggilan tersebut bertambah tidak menyenangkan ketika guru olahraga mengabsen dan memanggilku “helm” saat aku duduk di bangku SMP. Meski diucapkan dengan gurauan, tetap saja nama tersebut tidak membuatku nyaman.
Kesempatan baik datang ketika aku di minta ikut pakde sekolah di Yogyakarta. Maka saat awal perkenalan aku minta dipanggil dengan nama “Yesi”. Nama ini lebih feminim terdengar daripada “helmi” sebab nama tersebut kebanyakan digunakan oleh laki-laki. Jadilah sejak itu aku dipanggil Yesi oleh teman-teman di pulau jawa dan tetap dipanggil helmi oleh teman-teman di sumatera.
Suatu ketika aku berbincang-bincang dengan pak Budi, guru Bahasa Indonesia di perpustakaan sekolah. Masih seputar panggilan terbaik atau nama kecil. Saat itu aku bertanya, “pak….menurut bapak apa arti nama helmiyesi itu dalam bahasa indonesia?”. Pak Budi diam sejenak lalu berujar, “lho emangnya orang tuamu tidak memberi tahu artinya?”. Dengan cepat aku jawab, “tidak tu..!”. lalu keluarlah cerita tentang nama-nama panggilan yang tidak kusukai dulu. Gara-gara nama tersebut membuatku tidak pe-de. Gara-gara nama tersebut aku selalu jadi bahan candaan teman-teman. Dan aku benci sekali.
Pak budi tersenyum dan berkata, “baiklah kalo begitu…beri bapak waktu dua hari untuk mencari tahu arti namamu. Insyaallah…pasti namamu ada maknanya”. Kata-katanya memberiku harapan dan aku mengucapkan terima kasih sambil pamit ke kelas lagi karena bell istirahat telah berakhir.
Hari yang dijanjikanpun tiba, pak Budi memberiku satu buah amplop berwarna putih. Dia berpesan, jangan buka amplop tersebut di sekolah, tapi bukalah ketika telah sampai di rumah sepulang sekolah. Aku mengiyakan sambil bertanya-tanya dalam hati, kira-kira apa ya arti namaku. Ahh…pelajaran hari ini terasa lama sekali, karena aku ingin buru-buru pulang dan membaca tafsir namaku.
Akhirnya bell tanpa pulangpun berbunyi. Aku bergegas ke ruang garasi untuk mengambil sepedaku. Rata-rata teman SMA ku memakai sepeda sebagai alat transportasi ke sekolah. Ku kayuh pedal sepeda dengan semangat supaya sampai ke kost yang tak begitu jauh dari sekolah. Akhirnya….
Ku robek amplop pemberian pak Budi dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim dan tulisan tangan pak Budi memberitahuku arti nama Helmiyesi adalah Pemimpin (Insyaallah ananda yesi akan menjadi pemimpin perempuan yang hebat di masa yang akan datang). Hah….pemimpin? bagaimana bisa, padahal saat itu aku hanya seorang siswa SLTA yang hobby menyendiri, tidak percaya diri dan selalu menghindar setiap ada laki-laki yang mendekati. Tak heran ketika tamat SMA pun aku masih jomblo. Teman laki-laki ku ya..pak Budi itu, guru Bahasa Indonesia. Guru yang selalu ku temui saat jam istirahat di Perpustakaan sekolah.
Esoknya aku temui beliau dan menanyakan kebenaran arti namaku tersebut. Sebab aku masih belum sepenuhnya yakin bahwa itu artinya. “lho…memang itu arti namamu, bapak cari-cari selama dua hari ini. Namamu itu berarti pemimpin. Bukan arti dalam Bahasa Indonesia, tapi arti dari bahasa Yunani, helmi artinya kekuasaan dan yesi adalah peng”amin”an dalam Bahasa Inggris. Artinya kamu akan jadi tokoh perempuan yang mempunyai kekuasaan. Itu dinamakan pemimpin..!”. ho…ho…percaya nggak sih?. Tapi buru-buru pak Budi menambahkan kalo setiap nama itu doa orang tua. Pesan beliau” Simpanlah kertas itu dan buktikan kepada bapak bahwa suatu hari nanti kamu akan tumbuh menjadi perempuan yang hebat dan akan membuat bapak bangga pernah mengenalmu”.
Sejak itu aku tak bertanya-tanya lagi arti namaku. Aku berharap doa pak Budi kesampaian, bahwa suatu hari nanti aku akan jadi panutan dan menjadi pemimpin besar. Akupun tidak perduli apakah benar atau salah tafsir namaku. Biarlah itu menjadi rahasia alam dan akan terjawab di masa mendatang. Amiin